18 Juni 2008

Memulai usaha dengan doa (Bismillah !)

Bismillahirrahmanirrahim

Menurut ilmu fisika dasar yang pernah kita pelajari dikatakan ketika sebuah benda berpindah dengan jarak nol maka usaha yang dilakukan/dihasilkan adalah nol. Semua pakar tentu membenarkan teori itu, tetapi bagi Allah tidak demikian. Kehidupan dunia tidak terpisah dengan akhirat, maksudnya apa yang kita lakukan di dunia akan menimbulkan efek bagi kehidupan akhirat kita. Bila kita berbuat baik di dunia maka balasan baik telah menunggu di akhirat, demikian sebaliknya.

Niat dan doa merupakan aktifitas tanpa pergerakan fisik, boleh jadi tidak akan ada perubahan apa-apa secara fisik terhadap kondisi yang sedang kita impikan. Tetapi Allah menilai dan pasti akan membalasnya. Beruntung lah kita bila memanfaatkan kesempatan ini, menjadikan doa sebagai aktifitas rutin sebelum melakukan aktifitas fisik apa pun, karena yakinlah Allah telah menyiapkan balasan kebaikan di akhirat bahkan dengan izin Nya apa-apa yang kita minta lewat doa akan kita dapatkan di dunia. Subhanallah walhamdulillah !

Mengambil teori manajemen modern, suatu pekerjaan di awali dengan planning (perencanaan) dan diakhiri dengan evaluation (penilaian). Seperti halnya kehidupan muslim, pagi buta memulai hari dengan tahajjud, mengadukan rencana-rencana kita kepada Allah, memohon kepada Allah dimudahkan segala urusan. Siang harinya bekerja sekuat tenaga, bagai singa mencari mangsa untuk makan keluarganya. Malam gulita kita kembali bermunajat pada Allah, menilai dengan introspeksi apa-apa yang sudah kita kerjakan selama satu hari. Betapa teraturnya hidup ini bila mencari kebahagiaan dunia-akhirat.

Inilah pengantar : memulai usaha dengan doa.

Sebuah pengantar

Bismillahirrahmanirrahim

Kita memang tidak pernah meminta dilahirkan di dunia yang fana ini. Kehendak Allah dan kasih sayang Nya lah yang membuat kita berkesempatan melihat indahnya dunia dan seisinya. Satu hal yang perlu kita ingat, hidup di dunia ini hanya sementara. Istilah orang Jawa : "Urip kuwi mung mampir ngombe !" (Hidup itu hanya berhenti sejenak untuk meredakan dahaga). Suatu saat nanti kita akan kembali pada Sang Pencipta, Penguasa Alam Semesta.

Nah, saat ini kita masing-masing telah berada di satu titik antara kelahiran dan kematian. Kalo kita menggunakan ilmu matematika dasar : garis adalah himpunan titik-titik yang teratur, yang mempunyai ukuran tertentu, maka kita ibarat sedang meniti titik-titik itu menuju akhir garis kehidupan kita. Tidak seorang pun dari kita di mana titik terakhir itu berada, mungkin jauh atau juga dekat, hanya Allah Yang Mahamengetahui. Kita sebagai manusia yang diciptakan dengan segala kelebihan dan kekurangan hanya bisa berusaha untuk mendapatkan kebahagiaan hidup.

Kebahagiaan adalah istilah abstrak yang menggambarkan suasana jiwa dan raga mendapatkan kenikmatan. Gambaran kebahagiaan bagi setiap kita mungkin berbeda-beda. Ada yang bahagia bila semua kebutuhannya terpenuhi, ada pula yang bahagia bila melihat/mendengar orang lain bahagia. Namun di jaman yang semakin sulit ini, semakin banyak pula orang yang berbahagia di atas penderitaan orang lain. Maksudnya bisa saja bahagia tanpa peduli dengan penderitaan orang lain atau bahagia ketika bisa membuat orang lain menderita. Na-udzubillahi min dzalik !

Sebagaimana kehendak Allah menghidupkan manusia di dunia ini, tentulah semua definisi tentang hidup dan kehidupan ini sepantasnya merujuk pada referensi yang Dia turunkan untuk manusia. Setiap periode jaman dalam kehidupan manusia, Allah mengutus seorang atau beberapa manusia dengan membawa referensi itu. Utusan Allah itu kita sebut nabi/rasul dan referensi itu kita sebut kitab. Nabi/rasul akan menggunakan kitab sebagai referensi hidup bagi dirinya, selanjutnya manusia belajar dari nabi/rasul bagaimana hidup dengan merujuk pada kitab Allah. Demikian pula kita yang ditakdirkan lahir di akhir jaman, merujuk pada Al Qur-an dan perikehidupan Rasulullah Muhammad SAW. untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki.

Kehidupan memang tidak selalu mudah, walaupun Allah menjanjikan perputaran senang-susah, bahagia-derita, menang-kalah sebagai bagian dari dinamika kehidupan, namun terkadang diri kita sulit untuk menerima dan menjalani kesusahan, penderitaan dan kekalahan dalam sebagian dari hidup kita. Bukan sesuatu yang aneh memang, bahkan manusiawi, karena Allah menciptakan manusia dengan sifatnya berkeluh-kesah. Ada bagian baik dari diri kita (ketakwaan) dan ada bagian buruk dari kita (ke-fujur-an). Nah, inilah yang bisa kita gunakan, selain fisik dan kecerdasan yang memang sudah diberikan gratis oleh Allah, untuk mewujudkan kebahagiaan hidup dunia-akhirat. Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung !