13 Agustus 2008

Ketika doa terkabul

Bismillahirrahmanirrahim

Mahasuci Allah Yang menurunkan Al Qur-an bagi manusia. Betapa Dia Mahamengetahui segala ciptaan-Nya, sebagaimana Dia menyebutkan sifat manusia : "Apabila diberi cobaan maka ia berkeluh kesah, ketika diberi nikmat maka ia lupa". Memang demikian adanya kita, manusia yang alpa.

Sering pada suatu ketika, kita memohon kepada Allah untuk diberikan suatu kondisi yang kita inginkan, kita sadar saat itu tidak mempunyai kekuatan apa pun untuk mewujudkan kondisi itu. Kita hanya bisa berkeluh kesah akan kondisi yang belum terwujud itu. Waktu berjalan, tanpa kita sadari Allah mengabulkan permohonan kita. Kita menganggap hal itu sebagai sesuatu yang biasa saja, tidak terbersit di hati dan pikiran kita bahwa Allah telah mengabulkan doa kita terdahulu. Kita lupa, Allah tidak pernah lupa. Subhanallah ...

Pernah pada suatu masa, sebuah keluarga kecil : suami, istri dan satu anak, mengalami kondisi mesti berpindah kontrakan. Sang istri menganggap kepindahan mereka merupakan hal yang di luar rencana, harapannya tentu kepindahan selanjutnya adalah ke rumah milik mereka sendiri bukan kontrakan milik orang lain. Apa mau dikata, kepindahan mereka dikarenakan pemilik kontrakan ingin menggunakan kontrakannya untuk suatu keperluan, mereka disarankan pindah ke rumah kontrakan miliknya yang lain. Kondisi yang kurang mengenakkan tentunya, bukan berarti tidak ada skenario di balik itu.

Beberapa waktu berlalu, sang istri membuka usaha kecil-kecilan di rumah. Bimbel dan berjualan pulsa. Satu dua bulan berjalan, ternyata cukup membantu ekonomi keluarga. Seperti mendapat kemudahan dari jalan yang tidak pernah terduga. Lebih satu tahun berjalan, sang istri baru menyadari. Inilah jawaban dari doa yang pernah ia mohonkan pada Allah, suatu usaha sampingan untuk menambah penghasilan. Suatu kondisi yang cukup lama terlupakan, bahkan ketika kondisi itu datang sang istri menganggap sebagai usahanya sendiri, sedangkan suami yang diharapkan mencari penghasilan tambahan belum juga mendapat hasil. Suatu skenario yang Allah siapkan untuk keluarga itu, jalan yang berbeda dari yang mereka pikirkan namun memenuhi apa yang mereka butuhkan. Seandainya sang istri tidak mendapatkan pencerahan, tentu saja tidak akan terucap kata syukur dari mulutnya akan nikmat yang Allah berikan itu.

Suatu saat di awal kepindahan keluarga itu, sang istri seperti keranjingan tren berkebun, seperti halnya tetangga kiri-kanan. Tiada pekan tanpa membeli tanaman bunga. Saking asyiknya, sang suami pun dimintai bantuan untuk mengurus tanaman bunga mereka, mulai dari menyirami, menjemur sampai membuatkan rak tanaman khusus. Indah memang, tetapi cukup merepotkan sang suami. Ia lalu berujar kepada sang istri, biasanya euforia ini hanya berlangsung sesaat saja kemudian hilang tak berbekas, seperti hoby-hoby lain istrinya. Secara implisit ia mengungkapkan ketidaksenangannya tentang kondisi tersebut.
Pada saat yang lain, di rumah kontrakan terdahulu. Sang istri menanam tanaman tanpa bunga alias apotek hidup sebagai penghias serambi. Sang suami pun berkomentar, kenapa tidak menanam tanaman bunga? 'Kan lebih enak dipandang. Tanpa sadar ia telah memohon suatu kondisi yang suatu saat Allah kabulkan tanpa ia berusaha mencapainya. Ketika saat itu datang, sang suami lupa bahkan merasa berat dengan kondisi yang pernah ia inginkan. Aneh memang ...

Kondisi yang tergambar melalui cerita di atas,mungkin menggambarkan kondisi kita juga. Betapa ketika doa terkabul, kita tidak selalu siap untuk menerimanya. Semoga kita selalu diingatkan Allah, untuk mempertimbangkan setiap keinginan kita dan untuk mensyukuri apa yang Allah berikan pada kita, apa pun itu. Yakinlah, Allah Yang Mahaadil memberikan apa yang terbaik untuk kita.

Tidak ada komentar: